Selasa, 27 Januari 2009

Sekilas Tentang Abalone

Abalone adalah salah satu komoditas perikanan yang langka dan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kebutuhan dunia akan bahan makanan dan variasi protein baru menjadi penyebabnya. Peningkatan kebutuhan dunia terhadap abalone dalam dua dasawarsa terakhir telah memicu perkembangan budidayanya di berbagai negara seperti Jepang, Taiwan, Amerika Serikat dan Australia.
Abalone adalah salah satu jenis kekerangan yang hidup di perairan pantai. Menurut Tahang (2005), biota tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Sub class : Orthogastropoda
Ordo : Vetigastropoda
Super Family : Pleurotomarioidea
Family : Haliotidae
Genus : Haliotis
Speies : Haliotis asinina
Ciri-ciri yang paling umum dari Haliotis adalah berbentuk seperti telinga dan memiliki pusat cangkang berbentuk lingkaran yang berukuran kecil dan terletak di bagian posterior. Pada bagian anterior yakni mantel tepi cangkang akan muncul lubang yang berfungsi dalam proses respirasi. Lubang tersebut akan bertambah jumlahnya seiring dengan bertambahnya ukuran cangkang, sampai terbentuk di sepanjang sisi kiri cangkang. Ketika abalone sedang rileks, tentakel dan mata akan menonjol dari bagian anterior ke cangkang. Penonjolan tersebut merupakan epipodium yang merupakan perluasan dari kaki dan merupakan sensor kecil tentakel (Fallu, 1991).
Abalone (Haliotis asinina) banyak ditemui di beberapa perairan Indonesia antara lain : Kepulauan Seribu, Madura, Sulawesi Tengah, Bali, NTB, NTT, dan Maluku. Pada habitat aslinya, abalone hidup di daerah berkarang, berombak besar, jernih, banyak tumbuh rumput laut, dan dapat hidup di zona pasang surut (Kurniati, 2007).
Budidaya Abalone
Teknik budidaya Abalone, seperti layaknya budidaya komoditas lainnya, dibagi menjadi 3 tahap. Tahap tersebut adalah pembenihan, pendederan, dan pembesaran.
Pendederan dan pembesaran tidak akan terlalu banyak dibahas dalam tulisan ini karena keterbatasan sumber. Namun, umumnya pendederan dan pembesaran dilakukan dengan dua metode yaitu pemeliharaan di keramba jaring apung (KJA) dan dengan pen culture.
Di dalam Kurniati (2007) dinyatakan secara garis besar proses pembenihan Abalone dimulai dengan pengumpulan, pemeliharaan, dan seleksi induk kemudian dilanjutkan dengan pemijahan dan pemanenan telur, dan kemudian diakhiri pemeliharaan larva.
1. Pengumpulan, pemeliharaan, dan seleksi induk
Induk dapat berasal dari alam atau pemeliharaan. Induk yang berasal dari alam memiliki kelebihan dalam hal tingkat kematangan gonad dan peluang pemijahan yang lebih besar; sedangkan kekurangannya adalah tingginya kematian karena stres atau luka akibat penangkapan. Adapun karakteristik induk abalone yang baik adalah:
1. TKG cukup
2. Otot kaki terlihat segar dengan warna gelap dan tidak lembek
3. Melekat kuat pada substrat
4. Dapat membalikkan tubuhnya sendiri jika diletakkan dalam keadaan terbalik
5. Sehat, dan organ tubuh tidak luka
6. Ukuran panjang cangkang sekitar 5 cm
7. Merayap atau berjalan jika dilepaskan dari tangan
Pengangkutan induk dapat dilakukan dengan cara terbuka atau tertutup. Pengangkutan terbuka dilakukan jika lama pengangkutan kurang dari 30 menit sedangkan pengangkutan tertutup dilakukan jika waktu pengangkutan lebih dari 30 menit.
Pemeliharaan induk dilakukan pada bak yang bersih. Ketinggian air dalam bak sekitar 60-70 cm. Untuk menjaga kualitas air dilakukan sistem sirkulasi selama 24 jam. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah induk jantan dan betina harus dipelihara dalam bak terpisah untuk menghidndari pemijahan liar (spontanious spawning). Abalone adalah hewan herbivora, sehingga dalam pemeliharaan induk perlu juga disediakan fasilitas pemeliharaan rumput laut. Pakan yang umumnya disukai abalone adalah Gracillaria.
Membedakan individu jantan dan betina secara morfologi sulit dilakukan. Untuk melihat gonad abalone diperlukan bantuan spatula, selanjutnya otot pada sisi yang berlawanan dari letak lubang-lubang dibagian cangkang dikuak dengan menggunakan spatula. Induk betina ditandai dengan warna biru dan jantan dengan warna orange muda (putih tulang). Induk yang siap dipijahkan memiliki kandungan gonad lebih dari 60 %.
1. Pemijahan dan pemanenan telur
Abalone dapat memijah sepanjang tahun. Waktu pemijahan berlangsung 2 kali setiap bulannya, yaitu waktu bulan gelap dan bulan terang. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan terlebih dahulu melepaskan sperma untuk merangsang induk betina melepaskan telur. Pemijahan umumnya terjadi pada pagi hari antara pukul satu hingga tiga dini hari. Induk yang telah terseleksi dimasukkan kedalam bak pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina yaitu 1:3 atau 1:4. Induk betina dengan cangkang berukuran 5-8 cm dapat menghasilkan 100.000 sampai 1 juta telur dalam satu kali pemijahan. Kerang bercangkang tunggal tersebut siap untuk berkembang biak saat berumur sekitar delapan bulan dengan diameter cangkang yang telah mencapai ukuran 35–40 cm (Anonim, 2006).
Kerang yang siap memijah dapat dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Bak pemijahan dapat berupa bak fiberglass, akuarium atau toples volume yang dilengkapi dangan saluran keluar (outlet). Bak dilengkapi air masuk, aerasi dan heater (bila diperlukan). Pada bagian atas terdapar saluran pelimpasan yang diarahkan ke bak penampungan telur atau trochopore. Bak penampungan telur dilengkapi dengan egg collector berupa wadah plastik dilengkapi dengan plankton net dengan mesh size 60 atau 80 μm pada outlet saluran pelimpasan. Saat pemijahan kondisi ruangan pemijahan dalam keadaan gelap. Selain pada bulan gelap dan terang, pemijahan abalone juga dapat dilakukan dengan kejut suhu, yaitu dengan menaikkan suhu sekitar 30 C dari suhu normal.
Telur abalone berwarna hijau. Telur yang terbuahi mengendap di dasar bak dengan diameter 100-120 μm. Embriogenesis berlangsung selama 8 jam dari mulai pembuahan. Selanjutnya telur menetas menjadi trochopore yang melayang atau planktonis. Proses perkembangan telur adalah sebagai berikut :
1. setelah telur dibuahi, proses selanjutnya adalah pembelahan pertama yang terjadi pada menit ke-20-30 setelah pembuahan.
2. Pembelahan kedua terjadi 40-45 menit setelah proses pembuahan.
3. Pembelahan ketiga terjadi setelah 60 menit dari proses pembuahan.
4. Pembelahan keempat terjadi setelah 80-90 menit dari proses pembuahan.
5. Fase morula terjadi setelah 120 menit dari proses pembuahan.
6. Fase morula berubah menjadi fase gastrula setelah 3 jam dari proses pembuahan.
7. Fase trochopore terbentuk setelah 6-7 jam dari proses pembuahan.
8. Fase Veliger terjadi setelah 8 jam dari proses pembuahan.
Pemanenan telur dilakukan saat abalone sudah terlihat memijah. Telur yang telah dibuahi disiphon dengan selang (0,5-0,75 inchi) dan ditampung ke toples yang dilengkapi saringan mesh size 60 μm. Diameter telur berkisar 100-120 μm. Pemanenan trochopore yang terkumpul di bak penampungan telur dilakukan dengan cara mengambilnya dengan menggunakan gayung dan disaring dengan saringan 60 μm. Diupayakan trocophore tetap dalam air atau saringan terendam air. Selanjutnya dibilas dan dikumpulkan dalam toples. Untuk memisahkan trocophore dari kotoran dilakukan penyaringan lagi menggunakan saringan 200 μm. Setelah telur atau trocophore dimasukkan dalam toples selanjutnya dilakukan pengenceran sampai volumenya mencapai 10 liter. Banyaknya telur dan trochopore yang terdapat di dalam toples dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana berikut:
Jumlah telur = Jumlah telur sample x Volume wadah (10 liter)
Volume sample
Pemeliharaan larva
Pada Trochopore yang telah siap untuk ditebar, dilakukan aklimatisasi agar trochopore tidak stres. Aklimatisasi dilakukan dengan cara meletakkan toples berisi trochopore di dalam bak pemeliharaan benih selama ± 10 menit. Kemudian toples dimiringkan dan air dalam bak diciprat-cipratkan ke dalam toples agar suhu air dalam toples menjadi sama dengan suhu air yang ada di dalam bak. Setelah itu barulah trochopore ditebar ke dalam bak pemeliharaan.
Setelah trochopore ditebar, aliran air dimatikan dan diaerasi. Trochopore akan memanfaatkan cadangan makanan (yolk sack) hingga habis pada hari ke 4-5 (D4-D5). Setelah yolk sack habis larva mencari substrat untuk menempel dan mulai memakan bentik diatom yang terdapat pada substrat. Larva memakan bentik diatom yang menempel pada substrat dan dinding bak dengan cara mengikis.
Masa kritis dalam pemeliharaan larva abalone adalah pada minggu pertama, karena larva akan terus bertahan hidup bila menempel pada substrat yang ditumbuhi bentik diatom yang sesuai dengan kebisaan makannya, sebaliknya apabila pakan alami tidak sesuai dengan kebiasan makannya maka larva akan mati.
Hari ke 10 (D10) dari penebaran (larva sudah dapat menempel pada substrat dengan stabil) sudah dapat dialirkan air secara perlahan ke bak. Spat atau benih sudah dapat dilihat dengan mata telanjang mulai umur D18 dan semakin lama akan semain jelas terlihat menempel pada dinding substrat atau bak sebagai bintik merah kecoklatan dan bila diraba perlahan akan terasa muncul dipermukaan dinding bak atau substrat. Abalone yang telah berumur 60 hari (D60) sudah dapat dikenalkan dengan makroalga seperti jenis Gracillaria yang ditempatkan diatas feeder plate dengan jumlah secukupnya. Biasanya pakan akan lama habis sehingga kondisi pakan menjadi keras atau kaku. Karena itu sebaiknya pakan diganti setiap hari dengan yang lebih segar dan lunak.
Untuk menjaga kualitas air dilakukan pergantian air dengan mengalirkan air baru ke bak pemeliharaan larva. Selain pergantian air, untuk menjaga kualitas air tetap baik, sarana lain yang perlu dibersihkan yaitu filter dan bak tandon yang dibersihkan secara periodik. Pada umur kurang dari 60 hari tidak dianjurkan dilakukan penyiponan, karena spat kemungkinan dapat tersedot.
Referensi
Anonim. 2002. Abalon. SPC Aquaculture Portal. http:///www.spc.org. Diakses tanggal 30 Maret 2007.
Fallu, R. 1991. Abalone Farming. Fishing News Book. England.
Kurniati, N. 2007. Manajemen Pembenihan Abalone (Haliotis asinina) di Balai Budidaya Lombok. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM. Laporan Kerja Lapangan. Tidak dipublikasikan.
Tahang, M. 2005. Budidaya Abalone pada Bak 4 x 3 x 2 m. Jurnal. Balai Budidaya Laut Lombok.

Tidak ada komentar: