Kamis, 26 Februari 2009

Abalone : antara kerang mahal, beasiswa, kebersamaan, dosen killer dan persahabatan

Masuk pada program beasiswa abalone tidak pernah sekalipun terbersit di benak saya sejak tamat dari bangku SMA tapi kenyataannya medio desember 2006, bersama-sama 75 orang lainnya yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda di Indonesia pemerintah melalui DIKTI menerima saya sebagai salah satu penerima beasiswa unggulan bidang abalone and I think it's so amazing for me betapa tidak saya terpilih di antara 75 orang lainnya setelah menyisihkan ratusan pendaftar lainnya yang menurut saya lebih berkompeten dan lebih cemerlang lagi otaknya di bandingkan dengan saya. Berada di antara 75 mahasiswa pilihan dari berbagai daerah (tapi sekarang tinggal 68 orang) yang berotak brilian sungguh sekali lagi merupakan anugerah buat saya.
Yah, perasaan di atas adalah satu dari sekian banyak hal yang saya rasakan ketika kali pertama masuk di program beasiswa abalone pada hari-hari pertama setelah menyandang sebagai mahasiswa penerima beasiswa abalone. Tapi hal itu sudah lewat dan saat ini merupakan awal semester 6, tahun-tahun terakhir sebelum menggondol gelar sarjana dengan prestasi biasa-biasa saja.
Saat ini mahasiswa abalone terdiri dari sekitar 68 orang saja dimana sebelumnya terdiri dari 75 orang yang karena satu dan lain hal mereka akhirnya mundur. Teman-teman abalone saya ini terdiri dari berbagai macam karakter, mulai dari yang girly, sok cool, feminim, te'ayu-ayu, perfeksionis, sok cantik, lembut, buntu, cerdas, straightly personal, ganteng, super confidence, passionally, cantik, macho, kalem, cerewet, sampe sok pintar, walaupun pada pertama kali bertemu rata-rata mereka menampilkan sikap yang amat sangat sopan dan pantas untuk di banggakan sebagai mahasiswa unggulan, tapi seperti apapun mereka, mereka tetap berkesan di hati saya dan akan tetap saya kenang sebagai bagian dari file kehidupan saya. Mereka itu merupakan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, ada yang dari Sukabumi, Pontianak, Surabaya, Buton, Kolaka, Sulawesi selatan, Wawonii, Polmas, Kepulauan Menui, Kendari, Raha, Konawe, Konawe Selatan, Wakatobi, Bombana ,dsb., maka dari itu semangat kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan dan kekompakan sangat terasa di antara mahasiswa abalone dan saking kompaknya akhirnya muncul kumpulan-kumpulan geng. Ada yang memploklamirkan diri mereka sebagai geng kepompong, geng mengada-ada, geng ijo lumut namun ada juga yang di juluki sebagai geng cupu, geng pari, geng nakal, dsb., mengenai penamaan itu entah dari mana asalnya tapi yang jelas saya bukan bagian dari salah satu dari mereka.
Ada banyak hal yang tidak akan pernah terlupakan selama menempuh program S1 abalone bersama-sama mereka, soalnya hampir semua kegiatan di abalone hampir semua dilakukan bersama seperti cari karang berjamaah, bersih-bersih fakultas, praktek bersama, kalo di marahi dosen juga sama-sama, ganti air, ganti pakan, dll, pokoke suka duka bersama deh dan itu semua masuk dalam kategori unforgettable moment with abalone in my brain. Yang namanya menempuh kuliah tapi tidak pernah tersandung dengan urusan atau masalah minimal masalah administrasi kok rasanya kurang terasa ya, tapi kalo mahasiswa abalone bukan cuma sekedar dengan tetek bengek masalah administrasi dengan pihak sekretariat tapi juga kadang-kadang dengan fakultas bahkan tidak jarang dengan pimpinana fakultas langsung.
Dulu, ketika awal-awal masuk di pisah dan ada yang namanya mahasiswa abalone ganjil dan abalone genap tapi sekarang semua di gabung dan tidak ada lagi yang namanya kelas ganjil maupun kelas genap. Tanpa terasa sudah semester 6 dimana jika ALLAH mengizinkan 2 semester lagi kami akan selesai dan dimana ada pertemuan ujung-ujungnya pasti ada yang namanya perpisahan (yah…mau mi di apa kasian) kami semua akan kembali ke daerah masing-masing, entah mungkin ada yang lanjut ke S2, jadi PNS, jadi karyawan, jadi seorang wirausahawan, dll, yah lumayan sedih juga, berkumpul bersama selama kurang lebih 4 tahun namun akhirnya pisah.

Tidak ada komentar: